Kamis, 03 Mei 2012

Mengubah Paradigma Menuju Hidup SuksesBahagia

“Sesungguhnya, Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, hingga mereka mengubahnya sendiri.”

(Q.S. Ar-Ra’du [13] : 11)


Ayat di atas mengisyaratkan kepada kita, jika diri kita berperan sebagai bentuk ikhtiar dalam mengubah nasib hidup. Ketika hidup Anda terasa menderita, maka Anda bisa mengubahnya menjadi bahagia. Ketika hidup Anda penuh masalah, maka Anda bisa mengubahnya menjadi anugerah. Disini bukan berarti kita “mencampuri” kehendak-Nya, tapi sebagai bentuk “syukur” atas segala kesempurnaan yang telah Allah berikan, yaitu akal atau pikiran.

Maksudnya adalah dengan optimalisasi pikiran ke arah yang positif, kita bisa mengubah sesuatu yang tampaknya buruk menjadi baik, sesuatu yang tampaknya masalah menjadi anugerah. Ya, persis dengan ayat 11 dari surat Ar-Ra’du di atas dan kita mengawali perubahan diri dari pikiran kita, sudut pandang kita, mindset kita dalam memandang setiap persoalan dan masalah hidup.

Sahabat,

Untuk lebih jelasnya, saya akan menyampaikan sebuah cerita, yang dengannya semoga Anda bisa lebih memahami, bahwa mengubah pikiran ke arah yang positif akan membawa kepada jalan kebahagiaan hidup. Ya, bahagia adalah sebuah jalan atau metode dalam hidup menuju kesuksesan.

Tersebutlah seorang wanita tua yang selalu merasa menderita. Hari-harinya adalah lamunan kesedihan dan penderitaan. Wajahnya muram tak ada gairah hidup. Hingga pada suatu hari, lewatlah seorang pemuda di depan rumahnya, dan mendapati wanita itu sedang bersedih menitikkan air mata. Maka, bertanyalah pemuda itu, “Wahai ibu, apa yang sedang kau sedihkan?”

Wanita itu menjawab, “Saya bersedih karena memikirkan anak sulung saya.”

“Lho, memang kenapa dengan putrid sulung ibu?” tanya pemuda itu lagi.

“Saya memiliki dua orang putri. Yang sulung berjualan payung dan yang bungsu berjualan sepatu kain. Jika sedang musim hujan, maka saya besedih memikirkan si bungsu karena tentu sepatu kainnya tidak laku, dan jika musim kemarau seperti sekarang ini, saya bersedih memikirkan si sulung karena tentu payungnya tidak laku terjual.” Jelas wanita itu.

“Oh, bagaimana jika ibu mengubah sudut pandang dalam melihat kejadian itu? Cobalah ibu melihat kebahagiaan dan kegembiraan yang dirasakan si bungsu ketika musim kemarau tiba seperti sekarang, dan melihat kebahagiaan si sulung ketika musim penghujan.” Pemuda itu memberikan nasehat.

Maka, wanita itu pun melakukan apa yang disarankan kepadanya. Sekarang dia tidak lagi besedih karena terbayang olehnya kegembiraan putri bungsunya yang menjual sepatu kain. Dan pada saat musim penghujan, dia bergembira karena memastikan putri sulungnya laku dalam menjual payung.
Sahabat,

Semoga tulisan sederhana ini bisa memberikan inspirasi untuk hidup lebih SuksesBahagia. Amiin …


Salam SuksesBahagia !!!


Imam Nugroho | MSB
Mindsetter SuksesBahagia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar