“Sesungguhnya, Allah tidak akan
mengubah nasib suatu kaum, hingga mereka mengubahnya sendiri.”
(Q.S.
Ar-Ra’du [13] : 11)
Ayat
di atas mengisyaratkan kepada kita, jika diri kita berperan sebagai bentuk
ikhtiar dalam mengubah nasib hidup. Ketika hidup Anda terasa menderita, maka
Anda bisa mengubahnya menjadi bahagia. Ketika hidup Anda penuh masalah, maka
Anda bisa mengubahnya menjadi anugerah. Disini bukan berarti kita “mencampuri”
kehendak-Nya, tapi sebagai bentuk “syukur” atas segala kesempurnaan yang telah
Allah berikan, yaitu akal atau pikiran.
Maksudnya
adalah dengan optimalisasi pikiran ke arah yang positif, kita bisa mengubah
sesuatu yang tampaknya buruk menjadi baik, sesuatu yang tampaknya masalah
menjadi anugerah. Ya, persis dengan ayat 11 dari surat Ar-Ra’du di atas dan
kita mengawali perubahan diri dari pikiran kita, sudut pandang kita, mindset
kita dalam memandang setiap persoalan dan masalah hidup.
Sahabat,
Untuk
lebih jelasnya, saya akan menyampaikan sebuah cerita, yang dengannya semoga
Anda bisa lebih memahami, bahwa mengubah pikiran ke arah yang positif akan
membawa kepada jalan kebahagiaan hidup. Ya, bahagia adalah sebuah jalan atau
metode dalam hidup menuju kesuksesan.
Tersebutlah
seorang wanita tua yang selalu merasa menderita. Hari-harinya adalah lamunan
kesedihan dan penderitaan. Wajahnya muram tak ada gairah hidup. Hingga pada
suatu hari, lewatlah seorang pemuda di depan rumahnya, dan mendapati wanita itu
sedang bersedih menitikkan air mata. Maka, bertanyalah pemuda itu, “Wahai ibu,
apa yang sedang kau sedihkan?”
Wanita
itu menjawab, “Saya bersedih karena memikirkan anak sulung saya.”
“Lho,
memang kenapa dengan putrid sulung ibu?” tanya pemuda itu lagi.
“Saya
memiliki dua orang putri. Yang sulung berjualan payung dan yang bungsu
berjualan sepatu kain. Jika sedang musim hujan, maka saya besedih memikirkan si
bungsu karena tentu sepatu kainnya tidak laku, dan jika musim kemarau seperti
sekarang ini, saya bersedih memikirkan si sulung karena tentu payungnya tidak
laku terjual.” Jelas wanita itu.
“Oh,
bagaimana jika ibu mengubah sudut pandang dalam melihat kejadian itu? Cobalah
ibu melihat kebahagiaan dan kegembiraan yang dirasakan si bungsu ketika musim
kemarau tiba seperti sekarang, dan melihat kebahagiaan si sulung ketika musim
penghujan.” Pemuda itu memberikan nasehat.
Maka,
wanita itu pun melakukan apa yang disarankan kepadanya. Sekarang dia tidak lagi
besedih karena terbayang olehnya kegembiraan putri bungsunya yang menjual
sepatu kain. Dan pada saat musim penghujan, dia bergembira karena memastikan putri
sulungnya laku dalam menjual payung.
Sahabat,
Semoga
tulisan sederhana ini bisa memberikan inspirasi untuk hidup lebih SuksesBahagia. Amiin …
Salam
SuksesBahagia !!!
Imam
Nugroho | MSB
Mindsetter SuksesBahagia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar